Minggu, 03 Oktober 2010

Sains Islam dan Sains Barat

Earth
Sains adalah ilmu melihat alam semestas atau jagad raya. Kenyataan inilah yang merupakan pendorong utama sains akan tetap diterima dan akan terus berkembang. Karena keterkaitan sains dengan alam semesta, maka sains tidak dapat dilepaskan dengan Islam. Dalam hal ini alam semesta atau jagad raya dianggap The Created Book (Kitab Ciptaan) yang terdiri dari petunjuk-petunjuk ilahiah.
Dalam perkembangnya, sains telah melahirkan beberapa pemikiran dan konsep yang biasa kita kenal dengan konsep moderen sains. Tetapi tanpa disadari bahwa konsep-konsep moderen tersebut adalah sains barat. Sains barat inilah yang biasanya kita ketahui dengan sains netral. Arti netral disini adalah bebas dari agama dan kebanyakan muslim berpendirian bahwa sains itu bebas dari nilai (value free).
Realitas Tuhan tidak menjadi pertimbangan dalam sains barat, karena Tuhan dianggap tidak real. Namun sesungguhnya sains tidak akan lepas dari ideoligi,cara pandang dan kebudayaan manusia. Dan ternyata dalam sains barat terdapat asumsi-asumsi yang tidak berbeda dari agama. Tetapi asumsi sains barat inilah yang dipercaya sebagai sebuah kepastian, nilai agama ditinggalkan karena dianggap tidak rasional dan empiris. Agama bahkan dipertanyakan dan dituntut untuk di reformasi agar mengikuti asumsi-asumsi sains. Agama menjadi termarginalkan dan sekarang ditinggalkan.
Secara lebih luas lagi perbedaan sains barat dan sains Islam dapat ditelusuri lagi melalui cara pandang. Perbadaan cara pandang ini berarti perbedaan yang paling fundamental. Cara pandang sains Islam tidak hanya menempatkan pemikiran dan akal dalam landasan berfikir, tetapi ada faktor wahyu, intuisi dan pengalaman di dalamnya. Wahyu dijadikan pondasi utama dalam pengambilan suatu asumsi atau teori,tetapi dalam pandangan sains barat, akalah yang menjadi landasan berfikir, wahyu dan keberadaan Tuhan tidak dikenal disini. Sains barat menempatkan akal pada rujukan satu-satunya yang menjadikan pemikiran sains barat menganggap semua fenomena alam dapat dijelaskan dengan akal. Tinggal masalah waktu hal-hal yang belum terungkap akan terungkap oleh akal.

Sejatinya dengan kita memahami cara pandang ini kita dapat mengenal sains barat dan sains Islam. Dalam konsep alam semesta ini adalah The Created Book, maka sesungguhnya sains tidak akan pernah lepas dari Islam. Bahkan Franz Rosenthal berani menyimpulkan ilmu adalah islam. Hal ini telah dibuktikan oleh Islam melalui konsep agamanya yang sangat menjunjung ilmu pengetahuan dalam hal ini sains. Islam juga memberikan bukti yang kuat melalui sejarah panjangnya dalam sains,walaupun telah banyak dilupakan.

Kita bisa melihat dengan jelas bahwa dalam prinsip dasar Islam, Allahlah yang menciptakan alam semesta ini. Sehingga alam semesta ini adalah sebuah bukti nyata dari ayat-ayat Allah. Semua ciptaan-Nya akan tunduk dan patuh pada peraturan,perintah dan larangan-Nya. Sehingga tidak mungkin ada asumsi atau praduga yang akan bertentangan dengan hukum Allah. Asumsi atau hipotesa yang ada pada sains barat yang menentang adanya konsep keTuhanan biasanya hanya bersifat tekstual atau praduga semata. Yang hal itu tidak dapat di buktikan dengan pasti, sehingga nilai kebenaran dari hipotesa atau praduga tersebut sangat jauh dari kepastian. Praduga semacam ini perlahan mulai runtuh. Sains barat juga banyak menemukan fenomena baru yang tidak terdapat dalam Al Quraan secara eksplisit. Tetapi itulah Allah, menciptakan sebuah hukum alam (sunnatullah) yang mengatur alam semesta ini. Sunnatullah inilah yang bisa kita lihat dan kita perhatikan keberadaannya. Sehingga ketika ada sebuah fenomena baru dari prilaku alam semesta ini, maka itu sesunggunya adalah sebuah sunnatullah. Konsep inilah yang akan membawa para ilmuan muslim semakin dekat dengan Penciptanya.

Sejarah panjang Islam juga telah membuktikan bahwa ilmu pengetahuan adalah Islam. Pandangan Islam terhadap ilmu pengetahuan dapat kita telusuri terutama sejak Rasulullah hijjrah ke Madinah. Disana beliau mulai membangun institusi-institusi khusus yang kemudian menjadi model pendidikan Islam pada masa-masa berikutnya. Al Suffah adalah “universitas” pertama yang dibangun sendiri oleh Rasulullah di Madinah. Mahasiswanya disebut Ashab al-Suffah, atau Ahl al-Suffah.
Di dalamnya mereka membaca, menulis, belajar hukum-hukum Islam, menghafal dan mempraktekan Al Quran, belajar tajwid dan ilmu-ilmu Islam lainya. Semua diajarkan langsung di bawah pengawasan Rasulullah. Ubaidah ibn al-Samit ditunjuk Nabi menjadi guru di madrasah al-Suffah untuk mengajar tulis menulis dan ilmu-ilmu Al Quran.

Aktifitas ilmiyah dalam rangka memahami Al Quran yang memproyeksikan pandangan hidup Islam dan yang memiliki struktur konsep keilmuan di dalamnya itu pada akhirnya melahirkan komunitas ilmuan (scientific community). Komunitas ilmuan atau ulama dalam Islam ini kemudian mewariskan ilmunya ke generasi berikutnya dan demikian selanjutnya sehingga membentuk tradisi keilmuan dan juga disiplin ilmu.

Selang rentan waktu, kemajuan Islam dalam sains terjadi di Andalusia. Andalusia pada masa itu merupakan kawasan yang paling beradab di dunia, dimana sains, politik dan kehidupan sosial lainya saling menopang dan saling kerjasama dalam sebuah harmoni kehidupan. Puncaknya adalah pada abad ke 13 sampai abad ke 16. Pada tahun 1259 observatorium Maragha didirikan, sehingga makin berkembangnya aktifitas astronomi saat itu. Bahkan pada masa itu lahir seorang astronom Muslim terkenal Ali Ibn Ibrahim Ibn Shatir (1304-1375), yang karyanya memberi inspirasi Copernicus untuk menemukan teori holeosentris. Kajian histories ini akan semakin panjang manakala kita membahas tokoh-tokoh saintis Muslim yang berwibawa seperti Ibn Haytham, Ibn Syna, al-Khawarizmi, al-Biruni, Omar Khayyam dan lain sebagainya.

Zaman akan terus berkembang. Melalui pemikiranya, ilmu atau Tuhan,sains barat pada masa ini meleading dunia sains. Maka Islam yang menyatukan ilmu dan Tuhan harus bisa melahirkan saintis-saintis Islam dan kembali memimpin peradaban. Pasti! Suatu saat nanti “Harapan itu masih ada”.
Yang benar datangnya dari Allah:
“Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di langit” (Ali Imran:5). Wallahu a’lam bissawab.

0 komentar:

Posting Komentar